ANLISIS HASIL JURNAL/ARTIKEL
Oleh: Heni Enawati (07408141052)
Obyek: Eksposure
Judul
Model Prediksi Kurs Rupiah per Dollar AS untuk Meminimalkan Transaction Exposure dengan Pendekatan Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model)
Masalah
Diperlukannya model penentu kurs valuta asing yang akurat oleh pihak manajemen sebagai asumsi dasar sebelum mengambil keputusan pemilihan strategi untuk mengantisipasi adanya foreign exchange exposure. Ini sangat diperlukan karena fluktuasi pada kurs valuta asing dapat memberikan dampak bagi perusahaan multinasional. Selain itu gejolak laba luar negeri juga bisa
menyebabkan bergejolaknya pertumbuhan dan siklus perampingan dalam sebuah perusahan, yang dianggap lebih merugikan daripada pertumbuhannya yang rendah tetapi stabil.
Metode
· Desain penelitian
Ø Variabel-variahel yang digunakan adalah nilai tukar, jumlah uang beredar, suku bunga, tingkat inflasi, GDP riil, neraca pembayaran, dan premium risiko.
Ø Periode penelitian ini adalah bulan September 1997-Desember 2004.
Ø Untuk Indonesia MI terdiri atas uang kartal dan uang giral, sementara untuk Amerika Serikat, MI terdiri atas uang kartal, traveler check, demand deposits, dan- other checkable deposits. Sementara untuk tingkat inflasi menggunakan indeks harga konsumen atau Consumer Price Index (CPI). Gross Domestik Product yang digunakan menggunakan GDP riil yang didasarkan atas harga yang berlaku. Sementaravariabel premi risiko didapatkan dari yieldspread antaraYankee Bond Indonesia dan US Treasury Notes yang merupakan faktor suku bunga jangka panjang.
· Definisi Operasional
Beberapa definisi operasional yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
Y = nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika.
(Data didapat dari perkembangan indeks nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika)
X1 = selisih jumlah uang beredar Indonesia dengan jumlah uang beredar Amerika Serikat
X2 = selisih suku bunga riil Indonesia dengan suku bunga riil di Amerika Serikat
X3 = selisih inflasi di Indonesia dengan inflasi di Amerika Serikat
X4 = selisih GDP riil Indonesia dengan GDP riil Amerika Serikat
X5 = selisih antara neraca pembayaran Indonesia dan Amerika Serikat
X6 = premi risiko Indonesia
· Teknik analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis regresi dengan model penelitian sebagai berikut:
Y=a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+b5X5
· Pengembangan Model
Model yang digunakan untuk memprediksi kurs ini merupakan hasil modifikasi secara sederhana dari model yang dikembangkan oleh Dornbusch dan Frankel yang menyatakan bahwa kurs suatu
mata uang (s) dipengaruhi oleh selisih jumlah uang yang beredar antara negara domestik dengan negara asing (m*), selisih GDP riil (y"), selisih tingkat bunga (iA), dan selisih inflasi (ne). Persamaannya tertera seperti di atas, kemudian persamaan tersebut dirumuskan dalam bentuk Error Correction Model (ECM) seperti pada artikel.
Pengujian
· Pengujian akar-akar unit: Seluruh variabel yang diestimasi dalam penelitian ini telah stasioner pada derajat yang sama, sehingga dapat dilanjutkan dengan pengujian kointegrasi.
· Pengujian Kointegrasi: terjadi keseimbangan jangka panjang antar seluruh variabel, atau dengan kata lain dalam jangka panjang perbedaan jumlah uang yang beredar, perbedaan tingkat bunga, perbedaan tingkat inflasi, perbedaan GDP riil, perbedaan neraca pembayaran, dan premi risiko, memiliki keterkaitan dan berkointegrasi dengan nilai tukar rupiah (terhadap dollar).
· Model ECM dapat digunakan untuk mengestimasi hubungan jangka panjang nilai tukar rupiah per dollar selama periode studi.
· Nilai R=0,9915, 99% dari variasi variabel nilai tukar rupiah (S) mampu dijelaskan oleh variasi himpunan variabel bebasnya.
· Nilai F-stat yang signifikan secara statistik menunjukkan secara keseluruhan (bersama-sama) variabel bebas (XI, X2, X3, X4, X5, X6) mempengaruhi variabel tak bebas (S).
· Dalam jangka pendek perbedaan jumlah uang yang beredar (XI), perbedaan tingkat inflasi (X3), dan perbedaan GDP riel (X4) memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah per dollar.
· Error Correction Term (ECT) berpengaruh secara positif terhadap nilai tukar pada derajat signifikansi 5%, ha1 ini menunjukkan bahwa proporsi ketidakseimbangan perubahan pada nilai tukar rupiah dalam satu periode telah dikoreksi pada periode berikutnya oleh equilibrium lernz, sehingga arah pengaruh dari variabel bebas dalam jangka pendek diharapkan dapat konsisten dengan arah pengaruh bebas dalam jangka panjang.
· Hasil estimasi jangka pendek Model ECM, persamaan (6) adalah sebagai berikut:
Ø Koefisien XI (selisih jumlah uang beredar) terhadap kurs (Rp/$) -0,65. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi penurunan selisih jumlah uang yang beredar antara Indonesia dan Amerika Serikat 1 poin (ceterisparibus), akan menyebabkan depresiasi kurs (Rp/$) sebesar 0,65 rupiah.
Ø Koefisien X2 (selisih suku bunga) terhadap kurs (Rp/$) 129,47. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi penurunan selisih tingkat bunga antara Indonesia dan Amerika Serikat 1 poin (ceterisparibus), akan menyebabkan apresiasi kurs (Rp/$) sebesar 129,47 rupiah.
Ø Koefisien X3 (selisih tingkat inflasi) terhadap kurs (Rp/$) 0,012. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi penurunan selisih tingkat inflasi antara Indonesia dan Amerika Serikat 1 poin (ceterisparibus), akan menyebabkan apresiasi kurs (Rp/$) sebesar 0,012 rupiah.
Ø Koefisien X4 (selisih GDP riel) terhadap kurs (Rp/$) -0,31. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi penurunanselisih GDP riil antara Indonesia dan Amerika Serikat 1 poin (ceterisparibus), akan menyebabkan depresiasi kurs (Rp/$) sebesar 0,31 rupiah.
Ø Koefisien X5 (selisih neraca pembayaran) terhadap kurs (Rp/$) 0,09. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi penurunan selisih neraca pembayaran antara Indonesia dan Amerika Serikat 1 poin (ceterisparibus), akan menyebabkan apresiasi kurs (Rp/$) sebesar 0,09 rupiah.
Ø Koefisien X6 (premi risiko) terhadap kurs (Rp/$) 0,37. Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi penurunan premi risiko Indonesia 1 poin (ceterisparibus), akan menyebabkan apresiasi kurs (Rp/$) sebesar 0,37 rupiah.
· Uji asumsi klasik: Hasil studi empirik menunjukkan bahwa model ECM dalam penelitian ini memiliki kemampuan yang baik dalam menjelaskan hubungan antar variable dalam model.
Pembahasan
· Semua variabel independen berpengaruh secara signifikan dengan nilai 99%. Faktor-faktor yang kemungkinan ikut mempengaruhi pergerakan kurs dan tidak dimasukkan ke dalam model persamaan adalah intervensi dari bank sentral, pergerakan kurs kuat dunia, dan faktor teknis seperti permintaan dan penawaran kurs. Akan tetapi model ini sudah cukup baik untuk digunakan sebagai prediksi pergerakan kurs rupiah per dollar AS kakena terbukti sepanjang periode observasi penelitian mempunyai nilai R2 sebesar 0,99 dan selain itu nilai dari Error Correction Model yang berbentuk first difference (6) dengan cara teknik kontraktual. Sedangkan teknik kontraktual yang dibahas dalam penelitian ini adalah money market hedging, forward market hedging, dan option market hedging.
· Contoh kasus penentuan melakukan Hedging atau tidak dalam pembayaran utang
Perusahaan multinasional yang ada di Indonesia dianggap melakukan transaksi pembelian untuk sebuah peralatan mesin pabrik dengan perusahaan di Amerika Serikat dengan nilai transaksi sebesar US$100.000. Jatuh tempo pembayarannya 30 hari (30 April2005). Dengan memperhatikan contoh kasus dan informasi penawaran harga di pasar uang, maka nantinya dapat dihasilkan pilihan yang paling menguntungkan di antara beberapa instrumen lersebut dalam mengantisipasi eksposur transaksi.
Ø Tidak melakukan Hedging
Pembayaran Perusahaan atas pembelian mesin Rp9.382,00/US$ untuk 30 hari yang akan datang.
Rupiah yang dibutuhkan US$ 100.000xRp9.382,00/US$=Rp 938.200.000,00
Jadi, perusahaan pada saat jatuh tempo akan membayar sebesar Rp 938.200.000,00 untuk pelunasan utang kepada perusahaan Amerika Serikat tersebut.
Ø Option Market Hedging
Untuk menjalankan strategi ini perusahaan melakukan pembelian call option dengan strike price Rp9398,00/US$ dan premium sebesar 0,026%/USD pabrik tersebut sebesar kurs spot pada saat pembayaran, seperti yang telah ditetapkan. Berdasarkan informasi padaTabel 2 tentang nilai dari bahwa opsi ini pasti digunakan (di-exercise) karena kurs spot rupiah per dollar menunjukkan bahwa kurs spot sebesar Rp9.380,00/US$. Sedangkan apabila kurs yang terjadi pada 30 hari yang akan dating didasarkan pada informasi yang tersaji dalam simulasi penelitian ini, maka perusahaan akan inengeluarkan uang sebesar Rp938.000.000,00 (US$100.000xRp9.38O,OO/US$).
Ø Money Market Hedging
Untuk teknik kontraktual ini dilakukan dengan cara meminjam uang rupiah pada lembaga keuangan di dalam negeri (Indonesia) dan nantinya dikonversikan ke dollar AS untuk diinvestasikan dalam dollar AS dalam jangka waktu yang sama yaitu selama 30 hari. Dari hasil investasi dalam dollar AS tersebut nantinya akan dibayarkan oleh perusahaan atas utang yang timbul akibattransaksi pembelian. Tingkat bunga investasi pada Tabel 2 di Amerika Serikat ditetapkansebesar 3,15% per tahun (atau 0,26% per bulan).Setelah 30 hari dari waktu pembelian maka perusahaan harus membayar utang pokok dan bunganya. Pada saat jatuh tempo pinjaman, perusahaan akan membayar pinjaman ditambah bunga pinjaman dalam negeri sebesar 7;12% per tahun (atau 0,22% per bulan)
Rp 744.443.700x(1+0,0022 )=Rp 746.081.476. Jadi, perusahaan akan membayar sebesar Rp746.081.476,00 untuk pelunasan utangnya kepada perusahaan Amerika Serikat tersebut.
Ø Forward Market Hedging
Untuk teknik forward market ini perusahan melakukan pembelian forward contract sebesar nilai dari kurs forward sebesar Rp9,605,00/US$ lebih besar dari spikeprice yaitu sebesar Rp9398,00NS$.
Jumlah premium
= Strike price x jumlah kontrak x premi
= Rp9398,00/US$ xUS$100.000 x 0,026%/US$
= Rp244.348,00
Kemudian nilai dari premium ini akan ditambahkan pada nilai dari call option yang merupakan nilai dari strike price dikalikan nilai kontrak yang pada perhitungan didapatkan perhitungan sebesar Rp939.800.000,00. Dengan penambahan dari premium sebesar Rp244.348,00 maka didapatkan harga total dari calloption adalah sebesar Rp940.044.348,00. Jadi, perusahaan akan membayar sebesar Rp940.044.348,00 untuk pelunasan utangnya dengan syarat apabila transaksi option tersebut terjadi.
Dari keempat alternatif tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa altematif yang paling menguntungkan dalam mengantisipasi eksposur transaksi, jika didasarkan pada hasil perhitungan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah'dengan melakukan teknik instrument pasar uang (money market hedging). Karena dari altematif ini perusahaan hanya mengeluarkan uang sebesar Rp746.08 1.476,00 untuk melunasi utangnya atas transaksi pembelian mesin pabrik dan juga uang yang dikeluarkan lebih sedikit dibandingkan yang lain. Keuntungan perusahaan dapat terjadi dalam bentuk jumlah uang yang dibayarkan oleh perusahaan atas utang untuk pembelian mesin pabrik dapat lebih rendah daripada perusahaan tidak melakukan teknik apapun. Strategi ini juga membuka peluang untuk membayarkan utang dalam jumlah yang lebih rendah karena adanya kemungkinan dari pergerakan kurs rupiah per dollar AS ke arah apresiasi.
Kesimpulan
Model dari Error Correction Model (ECM) ini dapat dikatakan relatif sukses dalam mengestitnasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Hal tersebut adalah dapat dilihat signifikan secara statistik nilai koefisien ECT (error correction term) yang sekaligus menunjukkan sahihnya model spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini. Lebih lanjut berkaitan dengan
nilai R2 yang ditemukan ini berarti bahwa 99% dari variasi variabel nilai tukar rupiah (S) mampu dijelaskan oleh variasi himpunan variabel behasnya. Nilai F-statistic yang signifikan secara statistik menunjukkan secara keseluruhan (hersama-sama) variabel bebas mempengaruhi variabel tak hebas (S). Didapatkan hasil juga bahwa dari keempat alternatif strategi hedging, alternatif yang paling menguntungkan dalammengantisipasi eksposur transaksi, jika didasarkan pada hasil perhitungan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan melakukan teknik instrumen pasar uang (money market hedging).
Saran
Dalam penelitian ini belum memasukkan variable lain yang berpengaruh terhadap kurs rupiah per dollar AS, yaitu di antaranya intervensi dari otoritas moneter. Sehingga pihak manajemen perusahaan yang ingin menggunakan model prediksi kurs rupiah per dollar AS ini untuk mengetahui pergerakannya juga harus memperhatikan faktor intervensi dari otoritas moneter agar analisis yang digunakan menjadi lebih akurat. Model yang dihasilkan dari penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan di antaranya adalah variable jumlah uang beredar yang digunakan adalah nilai riil dan bukan nilai ekspektasi, dimana sebenarnya hal tersebut cukup berpengaruh terhadap pergerakan kurs rupiah per dollar AS karena menyangkut kondisi Negara yang bersangkutan, baik dalam hal kondisi makroekonomi maupun political risk yang merupakan proxy dari risiko negara yang bersangkutan. Karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dan dijadikan dalam bentuk triwulanan, maka model penentuan kurs rupiah per dollar AS yang dihasilkan dari penelitian ini hanya valid untuk melakukan prediksi dalam kurun waktu satu tahun. Hal ini selain karena alasan yang telah disebutkan di atas adalah juga dikarenakan pada dasarnya fenomena kurs merupakan fenomena harian atau jangka pendek sehingga cukup sulit untuk dapat memperkirakan kurs dalam periode yang lebih panjang.
Alhamdulillah...............dah kelar
BalasHapus